Selasa, 21 Juni 2016

makalah sifat fisika tanah




BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                          
       1.1  LATAR BELAKANG
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan. Makalah ini berjudul “Sifat Fisika Tanah”.
Tanah bersifat dinamis, dimana tanah mengalami perkembangan setiap waktunya. Karakteristik tanah di setiap daerah tentunya berbeda dengan daerah lainnya. Tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimilikinya. Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses pembentukan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut genesis tanah.
Tanah terdiri dari tiga komponen: padat (butir pasir, debu, liat dan bahan organik), cair (air di dalam pori tanah), dan udara (di dalam pori atau rongga tanah). Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan profil tanah di lapangan. Profil tanah terdiri dari beberapa horizon tanah yang kurag lebih sejajar dengan permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur Dan lain-lain.

       1.2  RUMUSAN MASALAH
      1.    Apa saja sifat fisika tanah?
      2.    Apa saja yang ada pada masing-masing sifat fisika tanah?

1.3  TUJUAN
     1.  Memahami definisi tanah.
     2.  Memahami masing-masing sifat fisika tanah.



                                                           


BAB II
PEMBAHASAN

Tanah sebagai Media Tumbuh Tanaman memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya dimana ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman.  Berikut ini penjabaran masing-masing sifat dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika, kimiawi, maupun biologinya.
Telah dijaskan sebelumnya bahwa fungsi pertama tanah sebagai media tubuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara lateral atau horizontal maupun secara vertical.  Kemudahan tanah untuk dipenetrasi ini tegantung pada pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur), sedangkan stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan. Kerapatan porositas tersebut menentukan kemudahan akhir untuk bersikulasi dengan udara (drainase dan aerasi). Sifat fisik lain yang penting adalah warna dan suhu tanah. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi bahan-bahan yang terjadi, sedangkan suhu merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap oleh bahan-bahan penyusun tanah.
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh:
       1.      Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah.
       2.      Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini.
       3.      Keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan-bahan dengan kehilangannya.
       4.      Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.
2.1 TEKSTUR TANAH
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm, debu (silt) (berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 – 2 µm) dan liat (clay) ( <2 µm). partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi menurut Lal ( 1979) harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut system USDA dan system internasional tertera pada Tabel 1. Berikut:
                 Tabel 1.   Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut Sistem USDA dan Sistem Internasional (dimodifikasi dari Foth, 1984)

Separat tanah
Diameter (mm)
USDA          Internasional
Jumlah pertikel
(g-1)
Luas permukaan
(cm2 g-1)


pasir sangat kasar
2,00 - 1,00
-
90
11

pasir kasar
1,00 - 0,50
-
720
23

pasir sedang
0,50 - 0,25
-
5.700
45

Pasir
-
2,00 - 0,20
4.088
29

pasir halus
0,25 - 0,10
-
46.000
91

pasir sangat halus
0,10 - 0,05
-
722.000
227

Debu
0,05 - 0,002
-
5.776.000
454

Debu
-
0,02 - 0,002
2.334.796
271

liat*)
<0,002
<0,002
90.250.853.000
8.000.000

Keterangan: separate bergaris-bawah/dicetak-tebal merupakan Sistem Internasional.
 Tabel 1 ini memperlihatkan bahwa makin kecil ukuran separate berarti makin banyak jumlah dan makin luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan makin padatnya partikel-partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran pori mikro yang terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate makin besar. Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini, dan sebaliknya jika liat yang dominan. Sebagai hasilnya, maka:
       a)    Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik: air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah, dan sebaliknya.
       b)    Makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi, serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi buruk: air dan udara sedikit tersedia), tetapi air yang ada tidak mudah hilang dari tanah.
       c)    Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu.
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur oasir.
Uraian ini menunjukkan bahwa fraksi pasir dan debu lebih berperan secara fisik, sedangkan karena sebagian fraksi liat yang berukuran <1 µm merupakan koloid atau partikel bermuatan listrik yang aktif sebagai situs pertukaran anion atau kation, maka fraksi liat lebih berperan secara kimiawi ketimbang secara fisik.
Perbedaan jumlah dan luas permukaan partikel-partikel per satuan volume tanah, maka di lapangan jika tanah yang telah dibasahi dirasakan dengan kulit jari-jari tangan, maka fraksi pasir akan terasa kasar dan tidak lekat, fraksi debu akan terasa agak halus dan agak lekat, tetapi tidak licin, sedangkan fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan licin.
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti tertera pada Tabel 1. dan pada Diagram Segitiga Tekstur Tanah USDA (cit. Kohnke, 1980) (Gambar 1). Tabel ini menunjukkan bahwa suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22,5 – 52,5% pasir, 30 – 50% debu dan 10 – 30% liat disebut bertekstur Lempung.
Berdasarkan kelas teksturnya maka tanh digolongkan menjadi:
      1)    Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70%         pasir  atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam).
      2)   Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
      3)   Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
      a.    Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (dua macam),
      b.    Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (silt) (4 macam), dan
      c.    Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay loam), lempung liat berpasir (Sandy-clay Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam).
Melalui pengetahuan tentang sifat-sifat fraksi pasir, debu dan liat sebagaimana dijelaskan sebelumnya, apabila kelas tekstur tanah diketahui, maka gambaran umum tentang sifat fisik tanah dapat diperkirakan.
Di lapangan tekstur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran, makin peka indra perasa ini, hasil penetapannya akan makin mendekati kebenaran atau makin identik dengan hasil penetapan di laboratorium. Cara ini disebut metode rasa, dilakukan dengan mengambil sebongkah tanah seberat kira-kira 10 g, pecahkan perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit diantara jari jempol dan telunjuk, geser-geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat kekasaran, kelicinan, dan kelengketan partikel-partikel tanah. Melalui perbandingan rasa ketiganya maka secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan, misalnya indra kulit merasakan partikel-partikel:
Tabel 2. Proporsi fraksi menurut kelas tekstur tanah
Kelas tekstur tanah
Proporsi (%) fraksi tanah
Pasir
Debu
Liat
1. Pasir (Sandy)
>85
<15
<10
2. Pasir berlempung
70-90
<30
<15
3. Lempung berpasir (Sandy loam)
40-87,5
<50
<20
4. Lempung (Loam)
22,5-52,5
30-50
10-30
5. Lempung liat berpasir (Sandy-clay loam)
45-80
<30
20-37,5
6. Lempung liat berdebu (Sandy-silt loam)
<20
40-70
27,5-40
7. Lempung berliat (Clay loam)
20-45
15-52,5
27,5-40
8. Lempung berdebu (Silty loam)
<47,5
50-87,5
<27,5
9. Debu (Silt)
<20
>80
<12,5
10. Liat berpasir (Sandy-clay)
45-62,5
<20
37,5-57,5
11. Liat berdebu (Silty-clay)
<20
40-60
40-60
12. Liat (Clay)
<45
<40
>40
        (1)      Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket, serta tidak bisa membentuk gulungan atau lempengan kontinu, maka berarti tanah bertekstur pasir.
        (2)      Sebaliknya jika partikel tanah terasa halus, lengket dan dapat dibuat gulungan atau lempengan kontinu, maka berarti tanah bertekstur liat.
        (3)      Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak lengket, serta gulungan atau lempengan yang terbentuk rapuh atau mudah hancur.
        (4)      Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai rasa ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih dominan adalah sifat pasir, maka berarti tanah bertekstur lempung berpsir, dan seterusnya.
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah USDA
Hasil penetapan menurut metode rasa ini akan makin baik apabila untuk setiap titik pengamatan dilakukan beberapa kali, paling tidak tiga kali (tiga ulangan).di Laboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua metode, yaitu metode pipet (kurang teliti) atau metode hydrometer “Bouyoucos” (lebih teliti), yang keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel=partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan (density) sama dengan suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik.
Asumsi ini diformulasikan oleh Stokes (cit. Foth, 1984) sebagai berikut:
         V =     2 gr² (dp – d)  / 9n
Dimana : V = kecepatan jatuhnya partikel (cm detik-1)
                g = percepatan karena gravitasi (cm detik-1)
                dp = kerapatan partikel (g cm-3)
                d = kerapatan larutan (g cm-3)
                r = radius partikel (cm)
                n = viskositas absolute larutan (dyne detik cm-2)
Melalui metode hydrometer tersebut:
      1)   Fraksi pasir merupakan partikel-partikel yang turun ke dasar suspense selama kurang dari 40 detik,
       2)   Fraksi debu turun antara 40 detik hingga hamper dua jam, sedangkan
       3)   Sisanya yang masih tersuspensi merupakan fraksi liat.
Proporsi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah ini kemudian dicocokkan dengan proporsi pada segitiga tekstur (Gambar 1), misalnya contoh tanah o berkadar pasir  25%, debu 25% dan liat 50%, maka berarti tanah bertekstur liat.
Peran tekstur tanah sebagaimana diuraikan di atas akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, hasil penelitian pengaruh tekstur tanah terhadap produksi jagung dan kentang tertera pada Tabel. Tabel ini menunjukkan bahwa jagung ideal tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal pada tanah bertekstur lempung berpasir ketimbang yang bertekstur liat dan pasir berlempung. Namun keduanya tumbuh ideal pada tanah bertekstur pasir apabila disertai dengan irigasi. Pada kondisi tanpa irigasi, tanah lempung memberikan sifat-sifat fisik yang baik sebagaimana diuraikan sebelumnya, sehingga system perakarannya leluasa untuk berkembang. Lebih baiknya tanah bertekstur lempung berpasir ketimbang tekstur lempung.
                


                













Tabel 3.Pengaruh kelas tekstur dominan lapisan atas tanah terhadap produksi jagung dan kentang.
Kelas Tekstur Dominan
Produksi (per hektar)

Jagung (ton)
Kentang (ton)
Liat
5,030
-
Lempung
6,287
280
lempung berpasir
5,030
336
pasir berlempung
3,772
280
pasir (+ irigasi)
7,544
336
kebutuhan tanaman kentang terhadap ruang untuk perpanjangan dan pembesaran umbinya. Menurut Foth (1984), pinus resinosa juga ideal pada tanah bertekstur lempung berpasir meskipun jika disbanding dengan tanah bertekstur pasir yang diberi air irigasi.
Pada tanah-tanah di daerah tropika, nisbah debu: liat merupakan criteria penting dalam mengevaluasi fenomena seperti: (1) migrasi liat, (2) taraf pelapukan fisik, dan (3) umur bahan induk tanah, serta (4) klasifikasi tanah (Lal, 1979).
Tekstur yang paling  ideal bagi tanah pertanian adalah  tekstur Lempung berdebu, yang terdiri dari : Air tanah 25%, Udara tanah 25%, Mineral 45% dan Bahan organic 5%




      
       

       2.2  STRUKTUR TANAH
Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah, maka struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Tanah yang pertikel-partikelnya belum bergabung, terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertukstur liat, yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur.
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karna susunan antar – ped atau agregat tanah akan mengasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer. Oleh karena itu, tanah yang bertukstur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadilebih baik. Hal ini terbukti dari percobaan pemupukannya mendapatkan bahwa produksi jagung pada tanah tanpa pupuk tetapi beragregat baik ternyata 2,3 kali lebih besar ketimbang produksi pada tanah beragregat buruk yang diberi pupuk. Penanaman melindungi agregat tanah dari hantaman air hujan, sehingga makin rapat tajuk tanaman akan makin baik pengaruhnya terhadap agregat tanah. Lal (1979) mengemukakan bahwa struktur tanah mempunyai peran sebagai regulator yang:
     1)    Menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang berinterkoneksi, stabilitas dan durabilitasnya;
     2)    Mengatur retensi dan pergerakan air tanah;
     3)    Difusi gas dari dan ke atmosfer; dan
     4)    Mengontrol proliferasi (pertumbuhan) akar dan perkebangannya.
Kemudian secara langsung atau tak langsung terkait dengan;
     5)    Erosi air atau angin;
     6)    Penggenangan dan aerasi tanah;
     7)    Stress tanaman akibat kekeringan;
     8)    Pelindian atau kehilangan hara-hara tanaman; dan
     9)    Temperature tanah.
Di lapangan, struktur tanah dideskripsikan menurut:
 (1)      Tipe, indikator bentuk dan susunan ped, yaitu: bulat, lempeng, balok dan prisma,
        (2)      Kelas, indikator bentuk struktur yang terbentuk dari ped-ped penyusunnya, menghasilkan 7 tipe struktur tanah, sebagaimana tertera pada, dan
        (3)      Gradasi, indikator derajat agregasi atau perkembangan struktur, yang dibagi menjadi:
       a)    Tanpa struktur, jika agregasi tak terlihat atau berbatas tidak jelas atau baur dengan batas-batas alamiah,
       b)   Lemah, jika ped sulit terbentuk tapi terlihat,
       c)    Sedang, jika ped dapat terbentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi tak jelas pada tanah utuh, dan
      d)   Kuat, jika ped kuat, pada tanah utuh jelas terlihat dan antarped terikat lemah namun tahan jika dipindahkan dan hanya terpisah apabila tanah terganggu.
MEKANISME PEMBENTUKAN STRUKTUR
Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk massif. Apabila berasal dari butir-butir tunggal, maka perkembangannya dimulai dari pengikatan partiket partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped. Lima mekanisme utama yang menyatukan partikel-partikel ini meliputi:
        (1)      Aktivitas penetrasi akar pada saat berkembang;
        (2)      Pergerakan air yang mengikuti arah perkembangan akar menyebabkan terjadinya pengikisan dan pemecahan tanah yang kemudian memicu pembentukan ped; dan
        (3)      Aktivitas keluar-masuknya fauna tanah;
        (4)      Pembasahan dan pengeringan yang merenggangciutkan partikel-partikel, dan
        (5)      Pencairan dan pembekuan yang juga merenggangciutkan partikel-partikel.
2.3 KONSISTENSI
Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras.
Tanah bertekstur geluh (loam) mempunyai sifat diantara tekstur pasir dan lempung. Perekatan partikel tanah membentuk gumpalan agregat dan mempunyai konsistensi keras jika kering, disebabkan adanya bahan-bahan perekat, yaitu lempung itu sendiri kapur atau gamping (CaCO3), silika (SiO2), sesquioksida (Al dan Fe oksida) dan humus. Kecuali lempung semakin basah makin kurang daya rekatnya.
Cara menentukan konsistensi di lapangan ialah dengan cara memijit-mijit tanah, dalam berbagai keadaan kandungan air seperti keadaan basah (wet), lembab (moisture) atau kering (dry), biasanya dengan menggunakan ibu jari dengan telunjuk. Pada keadaan basah diamati plastisitasnya, apakah massa tanah cukup liat untuk dapat dibuat bentuk-bentuk tertentu tanpa retak-retak atau pecah atau apakah tanah melekat pada jari-jari kita, sehingga untuk melepaskan antara ibu jari dan telunjuk agak sukar atau mudah sekali.
Keadaan lembab ditentukan dengan mencoba meremukkan massa tanah dengan telapak tangan atau jari, apakah gembur ataukah antara partikel-partikel tanah cukup saling melekat dalam gumpalan yang teguh. Keadaan kering dilakukan dengan mencoba meremukkan atau memecahkan gumpalan tanah kering, apakah lunak ataukah keras. Berdasarkan keadaan kandungan airnya, struktur tanah dapat digolongkan menjadi:
      1)   Keadaan Basah
Keadaan
Deskripsi Pengamatan
Tidak lengket
Tidak ada adhesi antara tanah dengan jari
Agak lengket
Sedikit ada adhesi tanah dengan jari tetapi mudah dilepas lagi
Lengket
Ada adhesi tanah pada jari dan kalau dipijit memapar
Sangat lengket
Ada adhesi kuat antara tanah dengan jari, ibu jari dan telunjuk sukar dilepaskan
Tidak liat
Tidak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil
Agak liat
Dapat dibentuk gilingan-gilingan yang kecil dan mudah dirubah bentuknya
Liat
Dapat dibentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk-bentuk 
tertentu yang hanya dapat dirubah dengan tekanan
Sangat liat
Dapat dibentuk gilingan-gilingan kecil dan hanya dapat dirubah bentuknya dengan pijikan kuat

       2)   Keadaan Lembab
Keadaan
Deskripsi Pengamatan
Lepas-lepas
Tidak ada adhesi antara butir-butir tanah
Sangat gembur
Dipijit sedikit saja mudah hancur
Gembur
Dipijit kuat baru hancur
Teguh
Dipijit sukar hancur
Sangat teguh
Ditekan kuat dengan tangan sampai terasa 
sakit baru hancur
Luar biasa teguh
Pijitan yang sangat kuat baru hancur

      3)   Keadaan Kering
Keadaan
Deskripsi Pengamatan
Lepas-lepas
Tidak ada daya kohesi antara butir-butir tanah
Lunak
Massa tanah mempunyai kohesi yang sangat lemah, 
sehingga ditekan sedikit saja sudah hancur
Agak keras
Sedikit tahan terhadap pijitan tangan
Keras
Baru dapat pecah dengan pijitan keras atau kuat
Sangat keras
Tidak dapat pecah hanya dengan jari
Luar biasa keras
Hanya dapat dipecahkan dengan alat yang keras

       2.4 POROSITAS TANAH
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanh yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa , sebaliknya jika tanh tidal poreus (Hakim ,1996)
Tanah tersusun dari butiran tanah atau partikel lainnya dan rongga-rongga atau pori di antara partikel butiran tanah. Rongga-rongga terisi sebagian atau seluruhnya dengan air atau zat cair lainnya. Rongga-rongga tanah yang tidak terisi oleh air atau zat cair akan terisi oleh udara atau bentuk lain dari gas. Sifat-sifat mekanis penting tanah, seperti kekuatan (strength) dan pemampatan (compressibility), secara langsung berhubungan dengan atau paling tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dasar seperti rapat masa (density), berat volume (unit weight), angka pori (void ratio), dan derajat kejenuhan(degree of saturation).
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan tingkat kepadatan tanah. Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.
Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik. Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu kekurangan air.  Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima tanah langsung turun ke lapisan berikutnya.  Tanah seperti ini kalau musim kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : (1) pori makro atau pori besar ; (2) pori meso atau pori sedang ; dan (3) pori mikro atau pori kecil. 
Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh air, baik pori mikro, pori meso ataupun pori makro.  Sebaliknya pada keadaan kering, pori makro dan sebagian pori meso terisi udara. Tanah yang strukturnya gembur atau remah dengan tindakan pengolahan tanah yang intensif dan bertekstur lempung, umumnya mempunyai porositas yang besar. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah (Foth, 1994).
Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.  Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat.  (Pairunan, dkk, 1985).
Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandung-an bahan organik. Pada KU dengan poro-sitas tanah tinggi terlihat adanya kan-dungan unsur pasir dalam tekstur tanah (KU II, III, V, VI, dan VIII). Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun (Soepardi, 1983 dalam Hidayah et al., 2001). 
Bahan organik dan liat bagi agregat ta-nah berfungsi sebagai pengikat untuk ke-mantapan agregat tanah. Aktivitas akar tanaman menambah jumlah pori-pori ta-nah sehingga perkolasi semakin memba-ik.  Selain itu, melalui retakan-retakan yang terbentuk oleh aktivitas akar tanam-an secara tidak langsung melalui ikatan mekanis atau biologis dan kimia oleh hu-mus dapat memantapkan agregat tanah, akibatnya laju infiltrasi menjadi mening-kat (Hairiah, 1996 dalam Hidayah et al., 2001). Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah, kondisi fisik tanah menjadi lebih baik bagi laju penurunan air ke dalam tanah.
Kenaikan kapasitas infiltrasi tanah tersebut disebabkan ke-naikan kandungan bahan organik tanah yang meningkatkan porositas tanah se-hingga lebih memantapkan struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah permukaan. Kondisi tersebut me-nyebabkan terjadinya perbaikan sifat fisik tanah termasuk peningkatan kapasitas in-filtrasinya.
Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya :
      1.    Original (Primary) Porosity
Porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.
       2.    Induced (Secondary) Porosity
Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapa proses geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi, fault, retakan, dan sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan yang sebelumnya non-porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas. Contohnya retakan pada shale dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang akibat pelarutan pada batukapur. Batuan yang berporositas original lebih seragam dalam karakteristik batuannya daripada porositas induced.
Porositas berdasarkan kualitas :
      1.    Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir.
      2.    Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal. – Celah dan rekah : Pori- pori terdapat di antara celah/rekahan.
       3.    Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah, tanpa terlihat bersambungan.
      4.    Tight : Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil sekali dan hampir tidak ada porositas.
      5.    Dense : Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas.
      6.    Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan kelihatan sekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar.
      7.    Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua, sehingga porositasnya besar.
Porositas berdasarkan kuantitas :
       1.    ( 0% – 5 %) dapat diabaikan (negligible)
       2.    (5% – 10%) buruk (poor)
       3.    (10%- 15%) cukup baik (fair)
       4.    (15%- 20%) baik (good)
  
      
       2.5 TATA UDARA TANAH
Udara yang berada dalam ruang poripori tanah (merupakan fraksi gas dalam sistem dispersi)
Fungsinya : sebagai sebagai sumber : O2 , CO2 , N2
          O2     : untuk pernafasan akar, mikroorganisme mikroorganisme & jasad/hewan    jasad/hewan  dalam tanah
           CO2  : untuk dekomposisi dekomposisi & pelarutan hara
           N2     : sebagai sebagai suplai n tanah
 O2         penting  dalam tanah : kadarnya ≥ 10%
Kepekaan tanaman terhadap O2 tanah/aerasi :
       ·         Tanaman Tanaman yg sangat peka thdp O2 tanah/kondisi tanah/kondisi aerasi : tomat, kentang, kentang, kapri, gula bit
       ·         Tanaman Tanaman yg peka : jagung, jagung, gandum, gandum, kedelai kedelai
       ·         Tanaman Tanaman yg resisten resisten : rumputrumputan
       ·         Tanaman Tanaman yg sangat resisten resisten : padipadian
       ·         Pengharkatan Pengharkatan kondisi kondisi aerasi :
       ·         Porositas Porositas total : jumlah total pori tanah ( yg terisi udara & air) dinyatakan dinyatakan dlm % volume tanah (jmlh pori mikro & makro)
       ·         Volume total tanah : Vs + Va + Vw = 1 1 – Vs = Va + Vw Va + Vw = porositas porositas total ( n ) n = ( 1 – bv/bj ) x 100%
       ·         Kapasitas Kapasitas udara/aktual/efektif udara/aktual/efektif : bagian ruang pori tanah yang terisi udara, dinyatakan dinyatakan dalam % volume tanah n – Vw = { n – (%KL x BV)} Vw = %KL x  BV
       ·         Kapasitas Kapasitas udara selalu berfluktuasi berfluktuasi tergantung :
ü  KL tanah
ü  Struktur tanah
ü  Permukaan air tanah
       ·         Kapasitas aerasi/porositas aerasi/porositas aerasi/porositas aerasi/porositas non kapiler: yaitu kapasitas udara pada saat lengas tanah mencapai kapasitas lapang (persen total pori non kapiler/makro) kapiler/makro)
       ·         Kapasitas aerasi = n – (KL KAP. LAP. X BV)
Faktorfaktor yang mempengaruhi mempengaruhi komposisi komposisi udara tanah :
- Iklim
- Sifat tanah seperti tekstur, struktur, tinggi permukaan air tanah
- Sifat tanaman
Keterdapatan tanaman mengurangi kadar O2 dan menambah CO2, bo dan kegiatan kegiatan jasad renik CO2 > (jika aerob), aerob), CH4 > (jika anaerob)
KOMPOSISI UDARA TANAH
Tergantung dari proses biologi serta sukar mudahnya tukar menukar dengan udara atmosfer.
Contoh udara tanah sawah yang bebas air
Gasgas di lapis olah
Kadar terhada terhadap % volume udara tanah
N2
O2
CO2
CH4
H2
75 – 11
2.8 – 0
2 – 20
17 – 73
0 – 2.2

Secara riil komposisi udara tanah dibanding udara atmosfer, sebagai berikut

Udara Tanah
Atmosfer
CO2
O2
N2
(0,1 – 20) %
< 21 %
± 79 %
± 0,03 %
± 21 %
± 79 %
 
Komposisi tersebut selalu berubahubah tergantung beberapa faktor yaitu :
        ·         Aktifitas biologis dalam tanah, tergantung :
ü  Akar tanaman
ü  Mikro organisme/jasad organisme/jasad dalam tanah
       ·         Kecepatan pertukaran udara tanah dan atmosfer, tergantung :
ü  Tanah : tekstur, struktur, B.O, KL, suhu
ü  Iklim : angin, tekanan udara, & suhu
ü  Kedalaman dari muka tanah
  
       


2.6  WARNA TANAH
Tentang warna tanah dinyatakan dalam3 satuan:  HUE , VALUE dan CHROMA.  Hue adalah warna spectrum yang dominan,sesuai dengan panjang gelombangnya.  Value  adalah gelap terangnya suatu warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.  Chroma adalah intensitas warna atau kekuatan dari warna spectrum. Warna tanah ini dibaca dengan menggunakan buku munsell soil tanah color chart, misalnya Hue= 7,5 YR, Value = 5  dan Chroma =4, maka Warna tanah tersebut 7,5 YR 5/4 – brown = coklat.
Meskipun hubungan langsung dengan tanaman  tidak begitu jelas, tetapi warna dapat digunakan untuk menjejaki sifat lain dari tanah yang penting.  Misalnya warna hitam  dilapisan atas. Umumnya kandungan bahan organiknya tinggi. Warna merah menunjukan tanah relative kaya akan besi, warna biru atau kelabu menunjukkan drainase yang jelek.
Derajad warna tanah dipengaruhi oleh kandunganairnya. Oleh karena itu untuk mendapat kesan warna sebenarnya harus dilihat dalam keadaan lembab.
Warna tanah hanya dapat dipakai untuk prediksi/estimasi atau taksiran dari sifat yang lain tanah, misalnya :
      a.    Menaksir kandungan bahan organic, makin gelap atau makin hitam  warna tanah, maka diduga makin tinggi kandungan bahan organiknya. Tetapi pada kenyataan mungkin tidak selalu demikian, sebab banyak tanah berwarna hitam yang berasal dari batuan/ bahan induknya yang berwarna hitam.
      b.    Menaksir kandungan hara tanah, misalnya : warna merah, putih dan hitam, berturut-turut akan menunjukkan kaya akan besi, kalsium dan mangan atau natrium. Sebenarnya pada kenyataan tidak selalu demikian. Misalnya warna putih tidak selalu menunjukkan kaya akan kalsium atau kapur, tetapi kaya akan kwarsa atau silica
      c.    Menilai drainase tanah, dimana warna yang lebih ceria : kemerahan, kekuningan atau yang lain, menunjukkan sifat drainase yang yang baik atau tidak tergenang, sedang warna kelabu atau yang biru pucat, baik dengan atau tanpa bintik-bintik (konkresi atau karatan) menunjukkan tanah yang sering atau selau tergenang, yakni tanah dengan drainase jelek.
      d.    Dalam bidang klafisikasi, warna tanah dapat digunakan untuk menaksir derajad pelapukan atau tingkat perkembangan tanah.

  



BAB III
PENUTUP

        A.     KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
     1.    Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi.
      2. Komponen Tanah 4 komponen penyusun tanah :
      a.    Bahan Padatan berupa bahan mineral
      b.    Bahan Padatan berupa bahan organik
      c.    Air
      d.   Udara
      3.Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari dari butiran tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti : Bahan organik, Oksida besi dan lain-lain.
    4.Tanah pada kedalaman tertentu selalu dipenuhi oleh air yang disebut dengan air tanah. Air tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Larutan tanah adalah air yang terdapat di antara pori-pori tanah. Larutan ini mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Di antaranya terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman, seperti aluminium.
      5.Pengukuran tanah adalah konsep umum yang menjelaskan teori dan penerapan pengukuran bentang alam. Pengukuran tanah adalah unsur kualitatif yang utuh dari survey.
B.       SARAN
Makalah ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami sifat fisik tanah lebih dalam lagi.


DAFTAR PUSTAKA